Metode Geomagnet



METODE GEOMAGNET
 

OLEH:
Muh. Rian Arisandi. Z.
(60400113039)
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2016


   A.    PENGERTIAN
Metoda Geomagnet adalah salah satu metoda di geofisika yang memanfaatkan sifat kemagnetan bumi.  Menggunakan  metoda ini diperoleh kontur yang menggambarkan distribusi susceptibility batuan di bawah permukaan pada arah horizontal. Dari nilai susceptibility selanjutnya dapat dilokalisir / dipisahkan batuan yang mengandung sifat kemagnetan dan yang tidak.  Mengingat survey ini hanya bagus untuk pemodelan kearah horizontal, maka untuk mengetahui informasi kedalamannya diperlukan metoda Resistivity 2D. Jadi, survey geomagnet diterapkan untuk daerah yang luas, dengan tujuan untuk mencari daerah prospek. Setelah diperoleh daerah yang prospek selanjutnya dilakukan survey Resistivity 2D.
   B.     METODE PENGUKURAN DATA
Dalam melakukan pengukuran geomagnetik, peralatan paling utama yang digunakan adalah magnetometer. Peralatan ini digunakan untuk mengukur kuat medan magnetik di lokasi survei. Salah satu jenisnya adalah Proton Precission Magnetometer (PPM) yang digunakan untuk mengukur nilai kuat medan magnetik total. Peralatan lain yang bersifat pendukung di dalam survei magnetik adalah Global Positioning System (GPS). Peralatan ini digunaka untuk mengukur posisi titik pengukuran yang meliputi bujur, lintang, ketinggian, dan waktu. GPS ini dalam penentuan posisi suatu titik lokasi menggunakan bantuan satelit. Penggunaan sinyal satelit karena sinyal satelit menjangkau daerah yang sangat luas dan tidak terganggu oleh gunung, bukit, lembah dan jurang.
Beberapa peralatan penunjang lain yang sering digunakan di dalam survei magnetik, antara lain (Sehan, 2001) :
1.      Kompas geologi, untuk mengetahui arah utara dan selatan dari medan magnet bumi.
2.      Peta topografi, untuk menentukan rute perjalanan dan letak titik pengukuran pada saat survei magnetik di lokasi
3.      Sarana transportasi
4.      Buku kerja, untuk mencatat data-data selama pengambilan data
5.      PC atau laptop dengan software seperti Surfer, Matlab, Mag2DC, dan lain-lain.
Pengukuran data medan magnetik di lapangan dilakukan menggunakan peralatan PPM, yang merupakan portable magnetometer. Data yang dicatat selama proses pengukuran adalah hari, tanggal, waktu, kuat medan magnetik, kondisi cuaca dan lingkungan.
Dalam melakukan akuisisi data magnetik yang pertama dilakukan adalah menentukan base station dan membuat station – station pengukuran (usahakan membentuk grid – grid). Ukuran gridnya disesuaikan dengan luasnya lokasi pengukuran, kemudian dilakukan pengukuran medan magnet di station – station pengukuran di setiap lintasan, pada saat yang bersamaan pula dilakukan pengukuran variasi harian di base station.
C.     PENGOLAHAN DATA
Metode pengolahan data anomali geomagnetik secara garis besar ditunjukkan pada diagram alir sebagai berikut :
Gambar. 10.4. Diagram alir pengolahan awal data magnetik
Dari pengukuran di lapangan, diperoleh data intensitas medan magnet total atau vertikal dan horizontal, yaitu dari pengukuran PPM dan Fluxgate magnetometer. Data-data tersebut merupakan harga terbaik dari lima kali pengukuran di setiap titik pengukuran. Prak Metode Gravitasi dan Magnetik Page 5
Dengan mengoreksi dengan medan magnet utama bumi (untuk P. Jawa diasumsikan besarnya 45.300 nT) atau dapat menggunakan model yang dikeluarkan oleh IGRF pada epoch yang bersangkutan dan koreksi variasi harian yang dipengaruhi oleh medan magnet luar bumi, maka dapat diperoleh data anomali medan geomagnet bumi pada daerah survei. Selanjutnya data anomali ini diolah (misalnya dengan filtering) untuk dilakukan penafsiran (interpretasi data) misalnya dengan pemodelan untuk mendapatkan struktur batuan di bawah permukaan bumi. Besarnya nilai anomali tersebtu dapat dihitung dengan persamaan :
HT = HM + HL + HA                                                            (10-6)
 dengan
HT = medan magnetik total (Pembacaan alat)
HM = medan magnetik utama bumi (IGRF)
HL = medan magnetik luar (koreksi variasi harian)
HA = anomali medan magnetik (Hasil yang dicari)
Bila besar HA << HT dan arah HA hampir sama dengan arah HT maka anomali magnetik totalnya adalah : HA = HT – HM - HL                        (10-7)

 Secara umum, setelah diperoleh anomaly medan magnet total, maka masih perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut terhadap anomaly tersebut. Gambar 11.1 menunjukkan diagram alir pengolahan data geomagnetic yang umum dilakukan. Pengolahan lanjut biasanya dimulai dari pemisahan efek lokal – regional. Salah satu cara yang paling umum digunakan adalah kontinuasi ke atas (upward continuation). Sesudah itu proses lanjutan yang juga sering dilakukan adalah Reduksi ke Kutub (Reduction to Pole). Pada bagian bawah akan dijelaskan konsep dasar dari kontinuasi dan reduksi ke kutub.

 Gambar. Diagram alir pengolahan data geomagnetik.
D.    INTERPRETASI DATA
Secara umum interpretasi data geomagnetik terbagi menjadi dua, yaitu interpretasi kualitatif dan kuantitatif. Interpretasi kualitatif didasarkan pada pola kontur anomali medan magnetik yang bersumber dari distribusi benda-benda termagnetisasi atau struktur geologi bawah permukaan bumi. Selanjutnya pola anomali medan magnetik yang dihasilkan ditafsirkan berdasarkan informasi geologi setempat dalam bentuk distribusi benda magnetik atau struktur geologi, yang dijadikan dasar pendugaan terhadap keadaan geologi yang sebenarnya.
Interpretasi kuantitatif bertujuan untuk menentukan bentuk atau model dan kedalaman benda anomali atau strukutr geologi melalui pemodelan matematis. Untuk melakukan interpretasi kuantitatif, ada beberapa cara dimana antara satu dengan lainnya mungkin berbeda, tergantung dari bentuk anomali yang diperoleh, sasaran yang dicapai dan ketelitian hasil pengukuran.
E.     SIFAT KEMAGNETAN BATUAN

Batuan yang merupakan material pembentuk kerak bumi memiliki sifat- sifat yang dapat diperikan dan digunakan untuk membedakan antara satu dengan yang lainnya.Salah satu sifat batuan yang biasanya diperikan adalah sifat kemagnetan batuan.
Sifat magnet pada batuan dipengaruhi oleh kandungan mineral pada batuan tersebut.Sifat magnetik pada mineral ini dikaji secara mendalam dalam bidang paleomagnetisme atau kemagnetan purba. Stabil tidaknya magnetisasi pada suatu batuan sangat tergantung pada jenis mineral dan ukurannya. Sifat  magnetik pada batuan ini juga berperan dalam metode geomagnetik untuk eksplorasi.
Namun istilah mineral magnetik biasanya digunakan bagi mineral yang tergolong feromagnetik dalam batuan dan tanah (soils), keluarga besi-titanium oksida, sulfida-besi, dan hidroksida besi (Bijaksana, 2002).
Contoh mineral-mineral magnetik tersebut di antaranya adalah :
1.      Darri keluarga besi-titanium oksida antara lain magnetite (Fe3O4 ) atau karat (aFe2O3) dan maghemite (gFe2O3).
2.      Dari keluarga sulfida-besi antara lain pyrite (FeS2) dan pyrrhotite (Fe7S8),
3.      Golongan hidroksida besi antara lain goethite (aFeOOH).
Setiap jenis batuan memiliki sifat dan karakteristik tertentu dalam medan magnet yang dimanifestasikan dalam parameter susceptibilitas magnetik batuan atau mineralnya (k). Susceptibilitas magnet batuan merupakan tingkat kemagnetan suatu benda untuk termagnetisasi, yang pada umumnya erat kaitannya dengan kandungan mineral dan oksida besi. Semakin besar kandungan mineral magnetit di dalam batuan, akan semakin besar harga susceptibilitasnya. Metoda ini sangat cocok untuk pendugaan struktur geologi bawah permukaan dengan tidak mengabaikan faktor kontrol adanya kenampakan geologi di permukaan dan kegiatan gunungapi. Dengan adanya perbedaan dan sifat khusus dari tiap batuan dan mineral inilah yang melandasi digunakannya metode magnetik untuk kegiatan eksplorasi maupun kepentingan geodinamika.
Susceptibilitas suatu magnet batuan berpengaruh terhadap besarnya Intensitas magnetik batuan tersebut.Pengaruh tersebut dapat digaaambarkan dengan persamaan
I =  k. H
I = intensitas magnetik
H = kuat medan magnet
Nilai k pada batuan semakin besar jika dalam batuan tersebut semakin banyak dijumpai mineral-mineral bersifat magnetik. Berdasarkan nilai k dibagi tiga kelompok jenis material dan batuan peyusun litologi bumi, yaitu:
1. Diamagnetik
Memiliki nilai susceptibilitas (k) negatif dan kecil artinya Orientasi elektron orbital substansi ini selalu berlawanan arah dengan magnet luar, sehinggga medan totalnya selalu berkurang. Sebagai contoh adalah grafit, marbele, kuarsa, marmer, garam dan anhidrit atau gypsum.
2. Paramagnetik
Memiliki arah sama dengan medan luarnya sehingga harga susceptibilitas magnetiknya (k) bernilai positif namun kecil.Sifat-sifat paramagnet akan timbul bila atom atau molekul suatu bahan memiliki momen magnet pada waktu tidak terdapat medan luar dan interaksi antara atom adalah lemah. Pada umumnya momen magnet menyebar acak, tetapi bila diberi medan magnet luar momen tersebut akan mengarah sesuai dengan arah medan luar tersebut. Sebab-sebab sifat paramagnet ialah karena tidak seimbangnya putaran momen magnet elektron.Contoh mineral yang termasuk pada jenis ini adalah olivine dan biotit.
3. Ferromagnetik
Memiliki harga susceptibilitas magnetik (k) positif dan besar, yaitu sekitar kali dari diamagnetik/paramagnetik. Sifat kemagnetan substansi ini dipengaruhi oleh keadaan suhu, yaitu pada suhu diatas suhu curie sifat kemagnetannya hilang.Atom-atom dalam bahan-bahan ferromagnet memiliki momen magnet dan interaksi antara atom-atom tetangganya begitu kuat sehingga momen semua atom dalam suatu daerah mengarah sesuai dengan medan magnet luar yang diimbaskan, bahkan dengan tidak adanya magnet dari luar.
Contoh mineral yang termasuk jenis ini adalah besi dan nikel.
Pada tabel dapat dilihat daftar kerentanan magnetik (k) beberapa jenis batuan dan mineral yang umum dijumpai.
Tabel 1.1 Sifat magnetik dari sejumlah batuan dan  mineral magnetik  (Hunt dkk., 1995)
Batuan/ Mineral
Massa Jenis (103 kg m-3)
Suseptibilitas Magnetik
Tc
(0C)
Volume (k)
(10-6 SI)
Massa ()
(10-8m3kg-1)
Batuan beku
Andesite
2,61
170.000
6.500

Basalt
2,99
250-180.000
8,4-6.100

Diorite
2,85
630-130.000
22-4.400

Gabbro
3.03
1.000-90.000
24-30.000

Granite
2,64
0-50.000
0-1.900

Batuan Beku Asam (rata-rata)
2,61
38-82.000
1,4-3.100

Batuan Beku Basa  ( rata-rata)
2,79
550-120.000
20-4.400

Batuan Sedimen
Lempung
1,70
170-250


Batu Bara
1,35
25
1,9

Gamping
2,11
2-25.000
0,1-1.200

Batu Pasir
2,24
0-20.900
0-931

Batu Sedimen (rata-rata)
2,19
0-50.000
0-2.000

Batuan Malihan
Amphibolite
2,96
750
25

Gneiss
2,80
0-25.000
0-900

Quartzite
2,60
4.400
170

Schist
2,6
26-3.600
1-110

Slate
2,79
0-35.000
0-1.00

Batuan Malihan (rata-rata)
2,76
0-73.000
0-2.600

Mineral Magnetik
Magnetite(Fe3O4; Ferimagnetik)
5.18
1.000.000-5.700.000
20.000-140.000
575-585
Hematite
(Fe2O3;canted antiferomagnetik)
5.26
500-40.000
10-760
675
Maghematite(Fe2O3; ferimagnetik)
4.90
2.000.000-2.500.000
40.000-50.000
-600
Ilmenite(FeTiO3; antiferomagnetik)
4.72
2.000-3.800.000-
45-80.000
-233
Pyrite(FeS2)
5.02
35-5.000
1-100

Pyrrhotite(Fe7S8; ferimagnetik)
4.62
3.200.000
69.000
320
Goethite(FeOOH; antiferomagnetik)
4.27
1.100-12.000
26.280
-120
Mineral non- magnetik
Kuarasa(SiO2)
2.65
-(13-17)
-(0.5-0.6)

Kalsit(CaCO3)
2.83
-(7.5-39)
-(0.3-1.4)

Halite(NaCl)
2.17
-(10-16)
-(0.48-0.75)

Galena(PbS)
7.50
-33
-0.44


DAFTAR PUSTAKA
http://bu-gis.blogspot.co.id/2010/12/metoda-geomagnet.html
http://metodegeofisika.blogspot.co.id/2012_10_01_archive.html 
https://abgheo.wordpress.com/2011/06/12/sifat-kemagnetan-pada-batuan/
https://poetrafic.wordpress.com/2010/10/06/metode-geomagnet/
https://www.google.com/search?q=santi+geofisika&ie=utf-8&oe=utf-8&client=firefox-b#

Komentar

Postingan Populer